perubahan “gaya” beli

Perubahan “Gaya” Beli

Celoteh Bisnis

Saya itu jarang sekali (mungkin malah ga pernah ya) setuju dengan pendapat Bp Rhenald Kasali tentang asumsi umum bahwa saat ini telah terjadi penurunan daya beli di masyarakat indonesia (Baca di: Daya Beli Terpuruk, Tetapi Jalan Semakin Macet). Tapi kali ini… sepakat 🙂

Daya beli tidak turun. Hanya ada pergeseran dalam people behavior (tidak cuma consumption behavior ya).

Behavior untuk kapan-gimana-apa yang dibeli udah bergeser.
Begitu juga behavior untuk kapan-gimana-apa yang disimpan atau diinvestasikan udah bergeser juga 😊

Termasuk behavior untuk berdagang 🙂

Semua bisa dilihat dengan jelas di momen bulan puasa dan lebaran kemarin.

Kebetulan saya tinggal di Jogja, ini yang saya lihat:

Contoh 1:
Penjual gorengan di pinggir jalan saat jam-jam ngabuburit turun drastis (sudah beberapa tahun ini mulainya).
Tapi muncul fenomena baru, di beberapa tahun terakhir ini juga: Bukber di Hotel.
Baik yang jual (hotel-hotel) maupun yang beli (konsumen bukber) sama banyaknya. Banget.
Banyak hotel yang bahkan sampai harus dipesan 1-2 minggu sebelumnya. padahal rata-rata yang menunya enak, harganya @100rb per orang.
Daya beli turun? Cuma bergeser ke lokasi yang belum ada kolomnya di form data periset kok 🙂

Contoh 2:
Biskuit lebaran di minimarket banyak yang sisa setelah momen lebaran.
Tapi makin banyak penjual jajanan/makanan personal, yang tidak sehari-harinya berjualan itu, bermunculan.
Misal, banyak teman dan saudara yang buka pesanan: kaasstengels (ini favorit saya :p), rendang, bahkan risol giant (iya, bentuknya raksasa), dsb, Untuk lebaran. dan itu laris manis dibeli teman-teman atau keluarganya sendiri.
Saya amati, jumlah teman dan saudara yang berjualan produknya sendiri itu semakin banyak di beberapa tahun terakhir ini.
Daya beli turun? Hanya bergeser ke lokasi yang belum ada kolomnya di form data periset juga 🙂

Dari yang tadinya memborong merek-merek biskuit semacam Khong Guan di minimarket, baik untuk konsumsi pribadi/suguhan/parcel saat lebaran, sekarang lebih banyak beli jajanan “merek teman” dengan ‘semangat’ support-friends-and-family-entrepreneurship 🙂

Ini cuma pergeseran people behavior yang memang pasti tidak terdata kalau dari Aprindo 😉

Mau dibilang itu beda kategori produk, mari berpikir ulang.
Kategori produk buat saya makin ke sini makin bias. inti persaingannya di “wallet-share”, kuncinya di situ 🙂

 

perubahan “gaya” beli

 

Daya beli tidak turun. “Gaya” belinya yang berubah 😉

 

*tulisan ini adalah celoteh saya di facebook. bisa di lihat di sini.

Hello!

A Father of two.
Love Marketing and Business Development. Currently expanding knowledge and expertise in coding and Website Development.

Leave a Comment