Judul di atas adalah penggalan atau versi singkat dari tagline @LiburanJogja yang hingga kini tidak pernah berubah: “Karena berlibur itu, sangat bisa dilakukan di negeri sendiri”.
Tagline, sekaligus effort berbentuk campaign untuk menyadarkan banyak orang, terutama generasi muda, agar lebih memiliki ‘hasrat’ untuk menjelajahi negerinya sendiri dulu, instead of lebih bangga berlibur ke luar negeri.
Di Sulawesi, kita punya Bunaken dan Wakatobi. Di Nusa Tenggara, kita punya Pulau Komodo, Alor, Lembata, dsb. Kita juga punya Gili Trawangan, Derawan, Belitung, Samosir, Danau Toba, Raja Ampat, Nias, dsb. Di Jawa, ada Bromo, Dieng, Karimun Jawa, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Bukannya tidak boleh liburan ke luar negeri. Sangat boleh 😉
The question is, sudahkah kita menjelajahi dan menikmati seluruh potensi pariwisata yang ada di negeri kita sendiri ini? 🙂
Indonesia kita ini kaya sekali akan potensi wisata lho. Meski memang harus diakui belum semuanya terkelola dengan baik. Indonesia itu indah, dari ujung ke ujung, bila kita mau menjelajahinya. Sayang, kita sering lupa tentang itu 🙂
Tiket pesawat untuk menjelajah pulau lebih mahal dibandingkan ke luar negeri? Memang, tapi terus kapan murahnya kalau kita tidak memulainya? 🙂
Ingat, pembentukan harga dari tiket pesawat selalu memakai rumus dasar ini: Cost per Miles : Avarage (atau Potential Avarage) Number of Passengers. Jadi memang tidak akan jadi murah kalau bukan kita sendiri yang tidak memulainya.
Menjelajahi negeri Indonesia ini, dari Sabang sampai Merauke, seringnya memang lebih mahal dibandingkan bila kita pergi berlibur ke luar negeri. Harga tiket pesawat untuk berlibur ke Pulau Komodo, Alor, Lembata dan lain sebagainya tadi, sering lebih mahal daripada harga tiket ke Singapura. Tapi bila bukan kita sendiri yang memulainya, harga tiket pesawat untuk ke tempat-tempat tadi tidak akan kunjung turun kan? 🙂
Kita jelajahi Indonesia sebanyak mungkin dulu, baru kemudian pergi ke luar negeri sambil cerita tentang keindahan negeri ini di sana.
Kita jelajahi negeri Indonesia kita ini sebanyak mungkin dulu, baru kemudian pergi ke luar negeri sambil cerita tentang keindahan negeri ini di sana. I really think that is the route (or steps?) that we should take 🙂
Mungkin ada baiknya juga kalau Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif lebih mengarahkan fokusnya mengejar pasar domestik dulu untuk lebih banyak mengkonsumsi semua potensi wisata di negerinya sendiri.
Ada baiknya juga, kampanye Wonderful Indonesia milik negeri ini diarahkan (terlebih dulu) ke masyarakat Indonesia sendiri. Dengan insentif kebijakan-kebijakan strategis tertentu, saya optimis itu bisa bikin masyarakat Indonesia untuk lebih sering mencoba berlibur di negerinya sendiri kok 🙂
Lebih baik menahan uang kita tetap berada di negara sendiri kan daripada mengeluarkan investasi besar untuk mengejar devisa dari WNA?
Tell me, which one is more effective and efficient, and wise? Terutama untuk jangka panjang.
Yang paling sederhana, dengan begitu, nantinya kita bisa punya 77% (sekedar ambil angka) dari seluruh masyarakat Indonesia yang siap jadi PR dan Marketers untuk menjual dan mempromosikan pariwisata negeri ini secara swadaya. Betul ngga? 😉
Indonesia kita ini indah. Dan hanya bisa terpelihara dengan baik bila kita mau mulai menjelajahinya. Jadi, mari berlibur di negeri sendiri 😉